Info Terbaru 2022

Cerpen Cinta Islami : Aku, Lenteraku Dan Mataharinya

Cerpen Cinta Islami : Aku, Lenteraku Dan Mataharinya
Cerpen Cinta Islami : Aku, Lenteraku Dan Mataharinya
Untuk menambah koleksi cerpen cinta di blog Enetter.blogspot.com ini, diberikut kami share lagi sebuah dongeng pendek cinta bernuansa islami dengan judul "Aku, Lenteraku dan Mataharinya" karangan Siti Mas'ulah.

Selain dongeng singkat bertema asmara ini, ada pula puisi cinta, puisi romantis buat pacar dan kata kata mutiara cinta. Jika anda sedang kasmaran, sangat disarankan untuk dibaca.  :)

Oke bro/sis.. Penasaran ibarat apa kisahnya? Yuk kita baca bareng-bareng cerpen diberikut ini:
 diberikut kami share lagi sebuah dongeng pendek cinta bernuansa islami dengan judul  Cerpen Cinta Islami : Aku, Lenteraku dan Mataharinya

AKU, LENTERAKU DAN MATAHARINYA

Aku terdampar di pojok taman, terduduk lemah bersanding dengan para bunga yang ceria dan rerumputan yang asyik menari, di sebuah dingklik panjang saya menengadah ke lengit mencoba mencari-cari sesuatu yang hilang, langit tak lagi putih, bahkan ia seakan pucat dan muram, mungkin sebab sang surya terlalu usang meninggalkannya, sampai ia tak lagi bisa ceria. Begitukah keadaannya ketika ini, Keadaan seorang gadis berjulukan Yassirli Amriyyah, yang telah kurampas panutan hidupnya. Muram dan tak lagi mempunyai gairah untuk hidup sebab mataharinya telah kalah oleh pekatnya mendung. Aku tak kuasa melanjutkannya, langit benar-benar mengingatkan saya pada Sherly.

Kupalingkan wajah ku dari langit dan coba kembali mengusut bumi, ternyata bumi tak jauh beda dengan langit, kudapati dedaunan yang telah meninggalkan ranting dan awut-awutan di tanah terombang-ambing oleh angin, daun-daun kering itu tak lagi sanggup untuk setia pada ranting, mungkinkh jodoh dedaunan dan ranting telah habis? Adakah nasib ku dan Wildan sama dengan mereka. Tuhan menjodohkan kami untuk saling mengenal tapi tidak untuk bersatu. Entahlah saya tak tahu, ibarat apa rupaku kali ini, sekoyak apa hatiku dan sedalam apa belati menusuk menoreh jantungku. Aku sakit, tapi benarkah saya harus mendzalimi diriku?

Ah… kenapa rasa itu masih saja ada, kenapa harus nama itu lagi, tak sanggup kah otak dan hatiku berdamai dengan ku meski hanya sejenak saja, kenapa harus Wildan, kenapa nama itu tak pernah musnah dari fikiranku, kenapa susah sekali menghapus nama itu dari memoriku, Tuhan… kenapa tak Kau ciptakan tombol delete di otak ku semoga saya dengan praktis menghapus nama itu. Semua tanya itu tak kutemukan jawabannya.
Kembali kejadian dua bulan yang kemudian berkelebat di depan mataku

# # # # # # #

Aku terduduk lemah pada sebuah dingklik yang membentang di ruang tamu, kaki ku seakan tak lagi bisa menopang tubuhku, dadaku sesak, serasah tertindih beban berat yang kasat mata, dan butiran-butiran kristal mulai meluncur dari kelopak mataku, tangan ku gemetaran sambil tetap memegang kertas merah jambu yang gres saja saya eja aksara demi aksara yang terjajar di sana. Aku hampir tak percaya dengan apa yang gres saja saya baca, kata demi kata yang terangkai dalam kertas itu ibarat sembilu yang mencakar hatiku. Wildan yang gres saja menjadi lentera dalam hidup ku ternyata matahari bagi seorang gadis berjulukan “Yassirli Amriyah.” Sherly melayangkan petir yang berwujud secarik kertas ke rumahku untuk meminta kembali mataharinya yang tanpa sengaja telah saya ambil.

Aku tak menyangka betapa jahatnya saya telah tega merampas kehidupan orang lain hanya demi keegoisanku, masihkah saya pantas disebut sebagia manusia? Aku memang tak tahu bahwa Muhammad Wildanuril Ilmi, calon tunanganku, ternyata mempunyai kekerabatan dengan seorang gadis berjulukan Yassirli Amriyah. Tapi tetap saja saya telah merampas sesuatu yang bukan milikku.

Hal yang paling ditakutkan oleh seorang isteri ialah kehilangan imamnya, tapi yang terjadi padaku ternyata, saya harus kehilangan calon tunanganku, seseorang yang ku anggap sebagai calon imam, seseorang yang kan membimbing saya mengayuh biduk menuju pulau indah sang Maha Cinta.

# # # # # # # #

“Zahwa, Tolong dengerin saya , Aku menyayangi kau Zahwa, percaya sama aku…”
“Maaf Wil, saya butuh waktu untuk sendiri semoga sanggup berfikir jernih”
“Tapi bulan depan pertungan kita, Zahwa… saya mohon fikirkan lagi planning kepergianmu”
“Aku harus pergi, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Aku berlalu pergi meninggalkan Wildan yang masih mematung di depan rumahku, kaki ku seakan membatu tapi saya berusaha berpengaruh untuk beranjak dari hadapannya. Aku sendiri tak mengerti saya pergi untuk apa, apakah benar untuk menenangakan diri ibarat yang ku katakan pada Wildan, atau saya pergi untuk berlari, berlari dari kenyataan bahwa Wildan ternyata bukan milikku. Semua mimpi indah yang kami rajut bersama ternyata tercerai-berai hanya dengan secarik kertas yang menyuarakan kebenaran.

# # # # # # # #

Kuseka air mata yang mulai membanjiri pipiku dengan kerudung putihku. Allah… Satu bulan saya telah menjauh dari beliau tapi ternyata belum ada yang berubah, perasaanku masih tetap saja sama ibarat dulu, saya masih terus berharap bahwa surat merah jambu itu dan serentetan kejadian yang menimpa saya dan Wildan hanyalah mimpi. Tapi tidak, saya dihentikan lemah, saya sama sekali tidak mempunyai hak atas Muhammad Wildanuril Ilmi, beliau milik Yassirli Amriyah bukan Zahwa Aulia Syahiroh.

Hatiku bergetar hebat, ketika saya melihat kendaraan beroda empat Wildan, seutas senyum kumunculkan tuk menyambutnya, tapi senyum itu pudar tatkala saya melihat seorang gadis berjubah cream turun dari kendaraan beroda empat wildan, gadis itu cantik, anggun dan modis, itukah Yassirli Amriyah, kejadian satu bulan yang kemudian hampir saja terulang kembali, saya hampir saja terduduk lunglai ibarat waktu itu.

Untunglah saya sanggup ludang keringh menguasai diri, kupejamkan mata sejenak sekedar menenangkan diri, kembali kusuguhkan senyumku, semoga mereka berdua tak menyadari betapa dahsyat pergolakan batin yang sedang saya alami. Semakin usang mereka semakin dekat, dekat, akrab dan…
Ya Allah… kuatkan hamba-Mu yang lemah ini, jangan biarkan saya karam dalam permainan syaitan, Bismillah… saya ikhlaskan Muhammad Wildanuril Ilmi untuk Yassirli Amriyah.
“Assalamu’alaikum… Zahwa”
Suara itu menarik paksa saya dari melongo panjangku.
“Wa’alaikum Salam, Wil”
“Bagaimana kabar kau Zahwa?”
“Alhamdulillah, sehat Wil, kamu?”
“Alhamdulillah saya juga sehat, Zahwa kenalkan ini Sherly, Sherly kenalkan ini Zahwa”

Kualihkan pandangan ku yang sedari tadi mengamati Wildan ke arah gadis bagus yang sekarang telah duduk di sampingnya, kudapati seuntai senyum yang benar-benar tulus tak ada sedikitpun guratan keterpaksaan di sana. Aku mulai mencicipi nyeri di dadaku, bahkan dalam hal senyum pun saya kalah dengan dia, senyum yang ia suguhkan jauh berbeda dengan senyum yang saya diberikan untuk menyambutnya, senyum yang dipenuhi rasa keterpaksaan.

Dia tetap tersenyum padaku meski saya belum sanggup merespon saya masih sibuk menenangkan hatiku yang semakin bergejolak, saya seakan tak bisa menyembunyikan sakit yang ada di rongga dadaku. Dengan tetap menyungging senyum Sherly mengulurkan tangannya.
“Sherly” Suara indahnya memecah keheningan
“Zahwa” Ucapku masih sedikit terbata.

Allah saya sadar, saya tiada mempunyai daya upaya, saya hanya bisa berencana tapi tiruana terserah kepada-Mu jua. Aku yakin Engkaulah yang paling tahu mana yang terbaik untukku, kalau memang Wildan ialah jodoh Sherly, bantulah hamba semoga sanggup mengikhlaskannya.

---- THE END ------



Sekian cerpen cinta islami karya Siti Mas'ulah yang berjudul Aku, Lenteraku dan Mataharinya. Semoga ada hikmah yang sanggup kita pelajari dari kisah singkat asmara diatas. Baca juga cerpen lucu gokil atau kumpulan cerita lucu terbaru.

Cerita Pendek Cinta lainnya:

Selamat membaca dan jangan lupa ya "like & share" ke taman-teman kalian.  :)
Advertisement

Iklan Sidebar